Kinerja Saham dan Keuangan
Pada saat IPO 2021 lalu, emiten ini memiliki harga awal saham senilai Rp. 103 per saham. Namun hingga per 21 Juni 2022, harga saham BANK telah mengalami peningkatan sebanyak 1331% yang berada pada harga Rp 1.990 per saham.
EmitenNews.com — Hubungan antara PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebagai perusahaan retail trade dengan store yang sudah menjamur hampir di seluruh indonesia dengan emiten perbankan syariah PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) kini bakal semakin mesra.
Hal itu bukan tanpa sebab. Mengingat saat ini hampir di setiap gerai Alfamart telah ada ATM milik Bank Aladin. kedua perusahaan ini terus melakukan kerjasama sinergi bisnis berkesinambungan.
Merujuk pada keterbukaan informasi BEI, Rabu (8/6/2022) Alfamart (AMRT) kini tercatat sebagai pemegang saham Bank Aladin (BANK) setelah mencaplok saham perbankan syariah itu dengan jumlah sangat signifikan.
Disebutkan, Perseroan melakukan pembelian saham PT Bank Aladin Syariah Tbk sebanyak 294.118.000 lembar saham dengan harga per saham sebesar Rp1.700 dengan nilai keseluruhan sebesar Rp500 miliar.
Tujuan investasi adalah memperoleh peluang investasi disamping kerjasama sinergi bisnis. Pihak AMRT menyatakan, transaksi ini tidak termasuk dalam transaksi yang tergolong ke dalam ketentuan dalam Peraturan OJK No.17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha dan Peraturan OJK No.42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan.
Sebelumnya Bank Aladin (BANK) telah melakukan penambahan modal dengan skema right issue dimana setiap pemegang 100.000 Saham Lama berhak memperoleh 12.505 HMETD, dimana setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak 1 Saham Baru.
Dalam agenda besar itu, sang pengendali Bank Syariah yaitu PT Aladin Global Ventures (AGV) tidak akan melaksanakan haknya sesuai dengan porsi kepemilikannya. AGV melepas seluruh HMETD yang dimiliki kepada publik melalui mekanisme pasar.
EmitenNews.com — Hubungan antara PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebagai perusahaan retail trade dengan store yang sudah menjamur hampir di seluruh indonesia dengan emiten perbankan syariah PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) kini bakal semakin mesra.
Hal itu bukan tanpa sebab. Mengingat saat ini hampir di setiap gerai Alfamart telah ada ATM milik Bank Aladin. kedua perusahaan ini terus melakukan kerjasama sinergi bisnis berkesinambungan.
Merujuk pada keterbukaan informasi BEI, Rabu (8/6/2022) Alfamart (AMRT) kini tercatat sebagai pemegang saham Bank Aladin (BANK) setelah mencaplok saham perbankan syariah itu dengan jumlah sangat signifikan.
Disebutkan, Perseroan melakukan pembelian saham PT Bank Aladin Syariah Tbk sebanyak 294.118.000 lembar saham dengan harga per saham sebesar Rp1.700 dengan nilai keseluruhan sebesar Rp500 miliar.
Tujuan investasi adalah memperoleh peluang investasi disamping kerjasama sinergi bisnis. Pihak AMRT menyatakan, transaksi ini tidak termasuk dalam transaksi yang tergolong ke dalam ketentuan dalam Peraturan OJK No.17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha dan Peraturan OJK No.42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan.
Sebelumnya Bank Aladin (BANK) telah melakukan penambahan modal dengan skema right issue dimana setiap pemegang 100.000 Saham Lama berhak memperoleh 12.505 HMETD, dimana setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak 1 Saham Baru.
Dalam agenda besar itu, sang pengendali Bank Syariah yaitu PT Aladin Global Ventures (AGV) tidak akan melaksanakan haknya sesuai dengan porsi kepemilikannya. AGV melepas seluruh HMETD yang dimiliki kepada publik melalui mekanisme pasar.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemegang saham pengendali emiten bank, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) mengubah namanya dari sebelumnya PT NTI Global Indonesia menjadi PT Aladin Global Ventures.
Dalam keterangan yang disampaikan Direktur Operasional BANK Basuki Hidayat dan Direktur Bisnis Mohammad Riza, di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perubahan nama pemegang saham pengendali ini tidak mengubah pemegang saham pengendali terakhir atau ultimate beneficial owner (UBO) Bank Aladin Syariah.
"Tidak ada dampak yang ditimbulkan atas disampaikannya informasi fakta material tersebut terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perusahaan," tulis manajemen BANK, dikutip Senin (27/9/2021).
Seperti diketahui, sampai dengan 31 Agustus 2021, NTI Global tercatat memiliki 60,43% saham Bank Aladin. Selanjutnya, 19,97% dimiliki Bortoli International Ltd, Kasai Universal Inc sebesar 6,16% dan pemegang saham publik sebesar 13,44%.
Bank Aladin melantai perdana di bursa pada 1 Februari 2021 dengan harga penawaran umum perdana saham Rp 103 per saham. Dalam 6 bulan terakhir, saham perseroan sudah meroket 16,23% dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 40,78 triliun.
Saat itu Bank Aladin masih memakai nama Bank Net Syariah Indonesia, dari sebelumnya bernama Maybank Syariah.
Seperti diketahui, dalam prospektus IPO Bank Aladin, di balik nama NTI Global, ada pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) alias beneficial ownership yakni pengusaha bernama John Dharma J Kusuma. Nama John Dharma J Kusuma terkait dengan salah satu raksasa rokok Tanah Air asal Kudus, Jawa Tengah.
Dari beberapa literatur artikel dan situs resmi terkait, John adalah salah satu petinggi dari PT Nojorono Tobacco International (Nojorono), pabrik rokok dengan merek Minak Djinggo dan Class Mild. Saat ini perusahaan menduduki posisi kelima dalam industri rokok terbesar di Indonesia.
Situs resminya mencatat, Nojorono Kudus, merupakan salah satu perusahaan pelopor rokok kretek di Indonesia. Nojorono (baca: No-Yo-Ro-No) didirikan pada 14 Oktober 1932 oleh Ko Djee Siong dan Tan Djing Thay dan berpusat di Kudus, Jawa Tengah.
Secara berkala dimulai pada 1990, tongkat estafet dipercayakan kepada generasi ketiga keluarga Nojorono, yakni Stefanus JJ Batihalim, Harsono Djuhadi, John D Kusuma, Arifin Pamudji, dan L Surya Djuhadi.
Kini, John adalah pemegang saham terakhir NTI Global dan pengendali Bank Net Syariah.
Meski demikian, Managing Director Nojorono Tobacco International, Arief Goenadibrata, mengatakan tidak ada hubungan afiliasi antara PT Nojorono Tobbaco International dan PT NTI Global Indonesia.
"Ini confirm saya katakan, tidak ada hubungan antara NTI Global dengan Nojorono Tobbaco International. Hingga saat ini kami tidak punya unit usaha yang bergerak di sektor keuangan," kata Arief kepada CNBC Indonesia, Rabu (1/9/2021).
Saksikan video di bawah ini:
ELSA - PT. Elnusa Tbk
JAKARTA - Jumat (4/10), PT Aladin Global Ventures mencaplok saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) dengan volume fantastis, mencapai 5,84 miliar lembar. Investor ini tadinya memegang 11,06% saham, namun belanja terbarunya via PT Pacific Sekuritas Indonesia ini membuat porsi sahamnya meroket hingga 50,62%. Aladin Global pun kini menjadi pemegang saham pengendali di bank syariah berbasis digital tersebut.
Di bidang jasa penguatan sinyal dalam gedung (in-building service provider), PT Iforte Solusi Infotek masuk menjadi investor baru di PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), dengan membeli 133,29 juta lembar saham lewat PT Verdhana Sekuritas Indonesia. Iforte pun langsung memegang kendali atas 9,87% saham IBST.
PT APP Purinusa Ekapersada lalu membeli 18,60 juta saham produsen kertas dan kemasan karton PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), diikuti oleh PT Bogamulia Nagadi yang menambah 2,40 juta saham di perusahaan farmasi PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC). Iwa Sukresno Karunia, seorang investor individu, lalu belanja 12 juta lembar saham PT Arkadia Digital Media Tbk (DIGI), sebuah emiten yang mengelola beberapa platform media digital dan konten.
Sebaliknya, pengurangan saham dicatat oleh PT Panin Sekuritas Tbk yang melepas 36,86 juta lembar saham perusahaan solusi layanan energi PT Elnusa Tbk (ELSA). PT Samuel Tumbuh Bersama juga mengurangi sahamnya di PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS), sebuah emiten kelapa sawit, sebanyak 16,64 juta lembar.
Sebanyak 5,50 juta saham perusahaan pengolah dan pengekspor udang PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) jadi saham yang berikutnya dilepas, tepatnya oleh PT Tiga Makin Jaya, diikuti oleh PT Intiputera Bumitirta yang menjual 1,93 juta saham perusahaan investasi di bidang pembangkit energi PT Leyand International Tbk (LAPD).
Terakhir, investor individu T. Permadi Rachmat melepas sekitar 2,84 juta saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), perusahaan yang mengoperasikan kilang LPG swasta dan pabrik amonia terbesar di Indonesia. (KD)
Baca petunjuk pasar terbaru di IDN Financials!
PT. Bank Aladin Syariah merupakan nama emiten baru yang semula memiliki nama PT. Bank Net Indonesia Syariah Tbk. Didirikan pada tahun 1994, perusahaan dengan kode emiten BANK ini ternyata baru melakukan IPO pada bulan februari 2021.
Sejak pendiriannya pada tahun 1994, PT. Bank Aladin Syariah ini juga beberapa kali mengalami perubahan dari segi nama dan pengelola. Dari segi performa saham, perusahaan ini dinilai menjadi salah satu emiten yang patut dipertimbangkan oleh para investor.
Hingga saat ini, jumlah kapitalisasi pasar yang dimiliki oleh emiten ini telah mencapai nilai Rp 26,1 triliun per 21 Juni 2022. Nilai ini tentu termasuk pada nilai kapitalisasi pasar yang cukup besar. Berbagai kalangan masyarakat juga cukup mengenal perusahaan ini sejak BANK meluncurkan aplikasi Aladin yang dapat mendukung aktivitas keuangan berbagai kalangan masyarakat.